PENGABMAS PIDIE JAYA

Anggota tim revisi peta gempa nasional menjelaskan pergerakan sesar yang bersifat mendatar dan terjadi di kedalaman yang dangkal, maka gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Akan tetapi, gempa yang terjadi ini bersifat merusak, terutama disebabkan oleh kedalamannya yang dangkal dan terjadi di kawasan pemukiman padat penduduk. Banyaknya kerusakan disebabkan karena jarak antara pusat gempa dengan permukaan sangat dekat dan energi yang dilepaskan besar, sehingga ketika mencapai permukaan gelombang dengan energi yang besar ini bersifat merusak.

Prioritas utama dilokasi bencana adalah untuk menyelamatkan korban yang terluka. Pada fase ini untuk menyelamatkan orang – orang yang bertahan hidup, sangat penting adanya kerjasama dari berbagai pihak, tidak hanya petugas medis, namun juga anggota militer, pemadam kebakaran (paramedis) dan tenaga sukarelawan. Karena terbatasnya waktu untuk menyelamatkan hidup, maka perlu ditentukan prioritas dalam menyelamatkan orang yang sakit dan terluka dengan melakukan Triase.

Di sisi lain, pelayanan kesehatan harus terus berlanjut selama masa gawatdarurat dimana fasilitas kesehatan harus dirancang agar dapat tetap berdiri kuat dan berfungsi meskipun ditempa bencana. Seluruh fasilitas kesehatan juga harus memiliki rencana gawat-darurat dimana semua staf kesehatan harus tahu tentang rencana tersebut serta bagaimana menerapkannya.

Para korban gempa bumi Pidie Jaya yang berhasil selamat, mereka disamping mengalami pemderitaan yang bersifat fisik juga ternyata mengalami penderitaan trauma mental yaitu gangguan stress pascatrauma. Gangguan stress pascatrauma atau Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah gangguan mental yang disebabkan pengalaman luar biasa yang menekan, mengerikan dan mengancam jiwa seseorang, salah satunya seperti bencana alam. Stress pascatrauma itu sendiri bila tida di tangani dengan sungguh-sungguh dan profesional dapat berlanjut pada gangguan jiwa seperti kecemasan, depresi, psikosis bahkan sampai tindaan bunuh diri.

Akademi Kebidanan Saleha yang bekerja sama dengan Puskesmas (PKM Pidie Jaya) sebagai unit promotif dan preventif dalam sistem kesehatan yang menstimulasi dan menjaring partisipasi masyarakat menuju taraf hidup mandiri, madani, dan sejahtera optimal. Bila dikaitkan dengan peran strategis di lini pertama sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT), Akademi Kebidanan Saleha dan Puskesmas bukan saja bertanggung jawab dalam persoalan teknis medis, tetapi juga bagaimana menciptakan masyarakat yang berkapasitas, baik secara pengetahuan maupun keterampilan, untuk ikut serta dalam upaya penanggulangan bencana.

Dalam melakukan pengabdian masyarakat ini perlu melengkapi kekuatan yang ada diantara mahasiswa dan dosen. Mahasiswa yang mempunyai power besar, dalam artian jumlah, tenaga dan semangat berperan yang tinggi, akan dilengkapi dengan kendali pikir dan bantuan logistik dari dosen-dosen sehingga semakin berdayaguna. Koordinasi diantara pihak dosen dan mahasiswa terjadi sambil berjalan, karena kondisi lapangan membutuhkan langkah-langkah yang snagat cepat. Bahkan koordinasi melalui komunikasi (hand-phone) harus dilakuka untuk mengejar tingkat kekritisan obyek pengabdian.

Pelaksanaan kegiatan pengobatan dan pemberian konseling bagi korban gempa berjalan lancar. Masyarakat korban gempa umumnya sangat aktif mengunjungi posko untuk meminta bantuan sesuai kondisi masing-masing.

Selain itu hasil kerja keras para tim mahasiswa kebidanan Saleha dilapangan melalui komunikasi dan kerjasama dengan Puskesmas Pidie Jaya dan Dinkes Pidie jaya juga mulai medapatkan hasil, sehingga bantuan obat-obatan mulai berdatangan untuk didistribusikan ke masyarakat korban bencana.

Tim Mahasiswa kebidanan Saleha bersama-sama masyarakat bergotong royong pada pagi hari rutin untuk kebersihan tempat tinggal sementara di posko meunasah Jurong.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

* Please enter the Smallest Number